REBAH MELAYU RIAU
Akar tunggang menerobos palang
Palang yang dulu sekokoh layar lancang kuning di
pelayaran
Terketam dari nama sultan dan para raja
Terukir karena makna bukan sekedar dongeng
ninik mamak saja
Tapi sudah seluka karat kapal tembaga di
tepian muara Siak
Kabarnya jiwa melayu Riau sedang mengalami
gunjangan bathin
Gelisah memikirkan kaki-kaki yang
menginjak dadanya
hingga batuk-batuk dan menebarlah
asap di tanah Hang Tuah
Sebab tungku tetangga telah berpindah
Merajalela membara di pedalaman
sanubari penduduk sendiri
Bara api kian tak gentar, tak lagi bermain
di beranda negeri
Menelusup menggeliati pembuluh nadi
Leluhur negeri sudah tak bisa pulang
ke pangkuan
Roh melayu Riau sudah kehilangan tuan
Persemayaman raja dan sultan di jasad
jalan hanya sekedar percetakan
Suci telah tercuci
Gelar telah tertukar
Dan masalah kian mengakar
Kemana kan diletak pembaringan nama?
Entah manis entah sinis
Pakaian negeri sudah meninggalkan
noda
Helai kayakinan perlahan berguguran
Butir tanah kehilangan nyawa
Napas mulai limbung masuk ke raga
Di sini tanah abadi
Kerahkan diri hidupi persenyawaan yang
ditinggal mati
Kuatkan pondasi cintai budaya tradisi
Jangan lagi mencukili rahim negeri
Di pusat negeri tamadun melayu Riau meyakini
Bahkan aksara masih bisa ditanam lagi
Peksimika, 2014
(Image source : www.harisandra.files.wordpress.com)
(Puisi ini untuk mengikuti seleksi kampus (Peksimika Universitas Riau) untuk Peksiminas 2014. Walaupun belum bisa lulus seleksi, semangat puitis ini masih tetap konstan :D, dan akan terus berjuang hingga kapan-kapan :D)
Semangat Menulis!!!